Translate

Minggu, 03 Februari 2013

Amanda dan Rudi (part 1)

Alkisah ada seorang remaja putri yang bersedih karena telah kehilangan seseorang dari keluarga, yaitu ayahnya. Ia pergi dari rumahnya untuk menenangkan diri, berjalan perlahan menuju taman dekat rumahnya. Hingga sampai di taman ia duduk di salah satu kursi yang tersedia, ia menangis tiada henti sampai banyak orang yang memperhatikannya. Tak lama kemudian datanglah seorang pemuda yang sedang memakan coklat duduk disebelahnya. Ia mencoba perlahan mengajak ia bicara, tapi ia bungkam. Tapi pemuda itu terus bicara hingga akhirnya remaja itu pun bicara.

Pemuda (P) : (Sambil memakan coklat) Hei kamu, kenapa menangis?
Remaja Putri (RP) : .... (diam dan masih menangis)
P : (Menghabiskan makannya lalu bicara lagi) Yah, dicuekin. Padahal cuacanya lagi cerah begini, tapi malah ada yang sedih.
RP : ....
P : Pasti sedang kehilangan sesuatu. Ya namanya juga ada yg datang, pasti cepat atau lambat akan pergi. Gak enak sih, tapi ya mau gimana lagi. 
RP : (Sejenak berhenti menangis, terdiam, lalu menangis lebih kencang)
P : Yahh, tuhh kan bener. Hemhh,, gimana ya. Susah sih emang buat relain. Tapi mending dinikmatin aja. Asik tau. hehe. (Tertawa kecil mencoba menghibur remaja putri tersebut)
RP : (Berhenti menangis lalu memandang sejenak pemuda tersebut dan menamparnya)
P : Awwwwwww... Kok kamu tampar aku? Apa yang salah?
RP : (Sambil terisak-isak) Kamu sok tau. Tau apa kamu tentang aku. Kamu kan belum tau siapa aku.
P : (Mengelus pipinya yang ditampar) Hehe. Akhirnya kamu bicara juga. Abisnya susah banget sih diajak ngobrol aja. Gak boleh tau cwe cantik nangis disini. (Sambil memberi sebagian coklat yang ia makan) Nih coba deh makan coklat ini, mudah-mudahan kamu gak sedih lagi.
RP : (Diam dan memandang langit yang berlawanan dengan pemuda tersebut)
P : Yahhhhh diem lagi, bener nih gak mau coklatnya. Enak lho, rasanya kaya makan coklat Belgia yang kaya di iklan TV itu. Apalagi ada kacang medenya. Emhhh nyam.. nyamm..
RP : (Menengok cepat ke pemuda tersebut, lalu dengan cepat mengambil coklat yang berada di tangannya.)
P : Hufftt... (Sambil mengelus dada) Kirain mau di tampar lagi. Mau juga toh coklatnya, kirain ngak doyan. haha.
RP : (Sembari makan coklat) Kamu siapa sih?
P : Aku Rudi, kamu siapa? (Memberikan tangannya untuk bersalaman)
RP : (Tak memperdulikan tangan Rudi dan terus memakan coklat dengan perlahan) Enak.
P : (Menarik kembali tangannya) Hah? Enak? Nama kamu enak?
RP : Bodoh. Coklat ini enak maksudnya.
P : Ohhh.. Iyalah aku yang beli. Pasti enak. hehe.
RP : (Memandang Rudi dengan muka jutek lalu kembali makan coklatnya) Namaku Amanda. 
P : Ohhh Amanda. Hemh.. (Diam sebentar) Enak banget ya coklatnya. Sampai udah tinggal bungkusnya begitu. Mau lagi?
RP : Emang masih ada?
P : Ngak sih. Kalo mau, tinggal beli tuh di warung situ. (Sambil menunjuk warung dekat taman)
RP : Yahhh... kirain masih ada.
P : Yeeeee keenakan dia sih. hahaha. 
RP : Kenapa? Gak suka? (Muka jutek)
P : (Muka tertawa lalu berubah menjadi muram) Yah, dia sih galak banget.
RP : (Tertawa geli) Hehe. Thanks ya.
P : (Mengerutkan dahinya sambil menatap Amanda)
RP : (Dengan suara pelan dan penuh bersahabat) Kenapa? Aneh ya? hhi. Thanks ya di udah coba menghibur. Ya walaupun aneh sih. Tapi its okelah. hhe. (Tersenyum ke Rudi)
P : Hihi. Kirain kamu kesambet sampe bisa berubah drastis bgitu. hahaha. (Tertawa geli)
RP : Enak aja! (Mendorong pemuda itu hingga sampai terjatuh & Amanda bangkit dari tempat duduknya dan pergi meninggalkan Rudi)
P : Eh, mau kmana?

Perbincangan pun berlanjut sambil berjalan dan Rudi pun berhasil untuk menghibur Amanda. Rudi yang memang orangnya ramah tapi agak sok tau ini terus mengajak Amanda bicara. Tapi Amanda diam dan terus berjalan menuju ke sebuah tempat.


#Continue

Amanda dalam perjalanannya terlihat serius menuju ke tempat yang Rudi belum mengerti. Rudi pun dalam perjalannya menggerutu terus menerus karena Amanda tidak merespon pertanyaannya ataupun celotehannya.

Rudi (R) : Nda, sebenernya kita mau kemana sih? 
Amanda (A) : (Diam)
R : Ini perjalanannya kok lewat-lewat kebon gini ya. (Menepok-nepok kakinya) Banyak nyamuk lagi. Emang kamu gak takut ya? Apalagi jalannya sama cowo yang belum dikenal banget kaya aku.
A : (berhenti berjalan dan menghadap Rudi) Terus kenapa? Emang berani?
R : (Kaget dan berhenti berjalan karena Amanda) Ehhh... emhhh...aaaa.. beeee....

Amanda pun melanjutkan perjalanannya dan menghiraukan kegugupan Rudi yang bingung menjawab pertanyaan Amanda.

Tak lama kemudian Rudi pun mendengar suara air dan ia melihat sebuah kolam besar yang jernih sehingga ikan yang didalamnya pun terlihat. Di sisi lainnya juga ada air terjun kecil yang diatasnya ada sungai mengalir menuju kolam besar tersebut. Rudi yang tidak berceloteh lagi setelah pertanyaan Amanda terakhir pun berubah menjadi terkesima melihat pemandangan alam yang belum dia lihat sebelumnya.

R : Wooooowwww.... keren banget, Nda. (Menuju kolam dan mencelupkan tangannya ke air) Ihhh dingin lagi. Seger, Nda. Ini enak banget pasti kalo berenang. Berenang yuk, Nda. Hehe. 
A : Ihh ogah. Tapi emang tempat ini bagus banget sih. Udah lama aku gak kesini. Terakhir beberapa tahun lalu sama papa nemenin dia mancing. (sambil menunjuk batu besar yang menjorok ke kolam) Tuh, papa suka banget mancing disitu. Disini emang ikannya gede-gede, apalagi tempatnya gak rame. Jadi gak ada saingan, itu jadi point lain kenapa papa suka mancing disini. hehe.

Amanda pun berjalan kembali ke arah batu itu. Rudi yang tidak diajak terus mengikuti Amanda dibelakangnya. Mereka berdua lalu duduk dan melanjutkan obrolannya.

R : Terus sekarang papa kamu masih suka mancing kan?
A : (Menarik nafas dalam-dalam sambil menatap ke langit) Ya mungkin masih.
R : (Muka bingung) Kok mungkin?
A : (Dengan suara memelas) Ya mungkin, abis aku kan gak tau lagi.
R : (Mengerutkan dahi dan lalu dia teringat) Ohhh... jangan jangan kamu sedih di taman tadi ituuu...
A : (Menjitak pelan kepala Rudi) Bodoh banget sih. Gak sensitif nih jadi cowo.
R : Hehe. (sambil mengelus kepalanya yang dijitak tadi) Abis kamu kan belum cerita apa-apa. Lagian emangnya aku dukun yang tau pikiran kamu kaya gimana. Kalo aku dukun sih, kamu udah aku jampe-jampe buat aku suruh-suruh. haha. 
A : (Dengan nada manja dan menggeser duduknya membelakangi Rudi) Ahhh kamu mah nyebelin.
R : Yahhh dia ngambek. Maaf deh. Yaa.. Yaaa.. (tangannya Rudi colek-colek ke lengan Amanda)
A : (Menggeser duduknya kembali ke samping Rudi) Iya dimaafin kok.
R : Nah gitu dong. Hehe.
A : Hehe. (Tertawa memaksa)
R : Terus kamu sedih banget kaya tadi di taman kenapa?
A : (Menatap Rudi dan berbicara dengan nada serius) Kasih alasan yang logis ke aku kenapa aku harus cerita ke kamu?
R : (Muka bingung) Yaaa gimana yaa..
A : (Memotong omongan Rudi) Ahh gak jelas. Gak usahlah aku cerita, gak penting. (menoleh ke arah berlawanan wajah Rudi)
R : (Mencubit lengan Amanda)
A : Awwww... (menghadap kembali ke wajah Rudi) Apaan sih cubit-cubit. Sakit tau.
R : Hehe. Sakit ya. Ya sama sih aku juga sakit kalo dicubit. Jadi ya mungkin karena kita sama-sama manusia yang sakit jika dicubit, jadinya aku merasa  sakit juga kalo negliat cewe cantik sedih di taman sendirian gitu. hehe. 
A : Dihh gombal banget kamu. (Sambil ngedorong bahu Rudi dan tertawa kecil bersama Rudi)

Suasana kembali hening setelah kegombalan Rudi dan lalu Amanda memulai bercerita.

A : (Dengan nada pelan dan memelas) Hari ini itu tepat papa aku 2 tahun ninggalin aku, ade dan mama. Aku kangen sama dia. Tapi gak tau lagi cara sampein kangennya. Apalagi aku anak pertama, jadi diminta mama untuk bantu urusan rumah, ade, ini, itu. Cape, Di, tapi ya mau gimana lagi. Emang keadaannya udah begini.
R : (Menarik nafas) Berat juga ya kehidupan kamu. Hemhh. (Rudi lalu memangku kepalanya di tangan kanan yang berpijak kepada paha kakinya.) Ya memang harus begini sih. Jadi ya harus enjoy aja jalaninnya.
A : Tapi gimana ya, Di. Aku kaya ngerasa gak mampu. Sebelum papa gak ada, aku hidup sangat berkecukupan, mungkin bisa dibilang lebih. Tapi semenjak waktu itu, semua keadaan berubah. Aku bingung harus gimana lagi.
R : (muka bingung untuk kesekian kali) Waktu itu kenapa, Nda?
A : (terdiam sejenak dan bingung) Hemhh.. emhhh... gak apa-apa kok, Di. (mencari-cari alasan) Eh, pulang yuk, udah sore dan mendung, keliatannya mau hujan. Gak asik kan kalo kita keujanan sebelum sampe rumah.
R : (dengan muka yang masih bingung tapi juga malas bergerak) Yahhh, Nda. Kan masih enak disini. Nanti aja deh. Gpp hujan, kan suasananya makin keren kalo hujan disini.
A : (dengan nada kesal) Ohh,, jadi kamu masih mau disini. Yaudah aku pulang ya. (Berjalan menuju arah pulang)
R : (Tersentak bangun menghampiri Amanda) Ehh.. ehh.. Nda. Jangan ninggalin aku dong. 
A : (masih dengan nada kesal) Bodo!

Mereka berdua pun akhirnya berjalan menuju ke rumah Amanda. Seperti halnya sebelum menuju ke kolam, celotehan Rudi lagi-lagi tidak di respon sama Amanda. Sepanjang perjalanan Amanda berjalan menuju rumahnya dan Rudi pun mengikuti dari belakang. Rudi pun merasa ada yang aneh dengan sikap Amanda di kolam tadi yang tiba-tiba tidak mau melanjutkan cerita tentang papanya.

Tiba sampai di depan rumah Amanda yang tidak terlalu besar tetapi dengan suasana yang rapi dan bersih.

A : (Menengok kebelakang karena merasa ada yang mengikuti) Loh kamu masih ngikutin aku?
R : (Muka bingung) Ohhh,, emang gak boleh ya?
A : (Dengan ngejawab terbata-bata) Ya gak apa-apa sih. Kirain kamu udah ninggalin aku karena aku tinggalin begitu aja tadi di kolam.
R : Hehe. Gak lah, aku harus pastiin kamu sampai rumah. Kan kalo kamu kenapa-kenapa, kasian nanti ade dan mama kamu nyariin. 
A : Hemh gitu. Yaudah. Sekarang aku udah sampai rumah. Terus kamu mau apa?
R : (Bingung lagi) Mau apa ya. Yaaa mau pulang juga.
A : Ohh gitu. Yaudah. Dahh. (Senyum dan Melambaikan tangannya)
R : (dengan muka bingung, senyum maksa dan gerakan tangan terpaksa) Hemhh... hehe.. Dahh juga Amanda.

Rudi pun berjalan menuju tempat kostnya yang tidak jauh dari rumah Amanda. Dia masih tetap berpikir tentang keanehan Amanda. Tetapi karena ia belum mendapat informasi yang banyak. Jadi ia tidak terlalu memikirkan dan berharap esok hari akan bertemu kembali.

#Continue